“Memang Tidak Layak untuk Tinggal, Tapi Kami Mau ke Mana Lagi..”

EQUITYWORLD FUTURES – Tak ada yang mengira suatu saat akan hidup miskin hingga harus merasakan diusir dari tempat bernaung. Inilah yang dialami Iqbal (39), bersama istri dan keempat anaknya yang masih kecil yang harus diusir dari tempat tinggal sementara karena tak punya apa-apa.

“Kami sebenarnya tinggal di atas lahan orang, namun karena kami miskin, kami harus diusir, padahal lahan itu bukan miliknya. Biar kami miskin begini, tapi tidak pernah alami ini,“ kata Iqbal, Rabu (17/2/2016).

Iqbal kemudian membawa istri dan anaknya untuk tinggal sementara di rumah kos sedang di bangun. Namun Ia bersama keluarganya harus kembali merasakan pengusiran secara halus dari sang pemilik rumah.

Kemudian, Iqbal meminta izin kepada warga lain di Kelurahan Kadolo, Kecamatan Kokalukuna, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara untuk tinggal di bawah teras yang kondisinya sangat tidak layak untuk di jadikan tempat tinggal.

“Awalnya pemilik rumah tidak mau, karena memang di bawah terasnya bukan untuk tempat tinggal. Saya tahu memang ini tidak layak untuk tinggal tapi kami mau ke mana lagi. Setelah saya memohon, baru diizinkan tinggal,” ujarnya.

Iqbal hanyalah seorang buruh bangunan dengan penghasilan yang tidak menentu setiap hari. Sementara istrinya, Ramlah hanyalah seorang tukang cuci rumahan yang dibayar hanya Rp 200.000 per bulan.

Memang kondisi tempat tinggal Iqbal dan keluarganya sangat tidak layak dijadikan tempat tinggal. Dinding rumah dari pondasi rumah, tak ada jendela dan pintu. Yang ada hanyalah terpal yang diikat diatas dinding dari sisi lain yang belum jadi. Hal ini untuk menghindari hujan dan dingin di malam hari, apalagi tempatnya sangat kecil.

“Kalau hujan, hanya masuk air sedikit, kalau malam tidak dingin, kecuali kalau keras angin, masuk angin. Kita tidak dingin karena sudah terbiasa, hanya anak-anak yang mungkin merasakan dingin,” ucap Iqbal.

Iqbal sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah atau para dermawan, sehingga ia bisa dapat membangun rumah walaupun rumah itu hanyalah rumah gubuk. Setidaknya ia bersama anak dan istrinya tidak merasakan dingin setiap malam.

“Kalau ada yang berikan bantuan, kami sangat bersyukur bisa bangun pondok, biar gubuk setidaknya kami sudah ada rumah yang nyaman untuk ditinggali, dan juga kami tidak diusir lagi,” kata Iqbal penuh harap.

Tinggalkan komentar